MENGKAJI BENTUK-BENTUK KARYA SASTRA UNTUK SD KELAS TINGGI
-->
TUGAS KELOMPOK
MENGKAJI BENTUK-BENTUK
KARYA SASTRA UNTUK SD KELAS TINGGI
Mata Kuliah : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Dosen Pembimbing : Dr. SUWARJO, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK VI
Nama : 1. Lia Deviana 0713053035
2. Maya Santika 0713053040
3. Zahrial Yudha P. 0713053061
S-1 PS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2008/2009
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang membahas tentang bentuk-bentuk Karya sastra untuk SD kelas. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
- Dr. Suwarjo, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah.
- Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam proses menyelesaikan Tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat berbagai kekurangan, oleh kerena itu penulis mengharapkan saran agar dalam penyusunan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Metro, April 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat dan Tujuan Sastra Anak............................................................. 3
B. Jenis Bahan Pembelajaran Sastra di SD................................................... 3
C. Apresiasi Sastra Anak............................................................................. 4
D. Standar Kompetensi Kemampuan Bersastra di SD.................................. 7
E. Tanggapan Pembaca dan
Pengembangan Kemampuan Bersastra Siswa SD................................... 8
III. PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungan dari realita kehidupan yang dilihat. Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta menyebarluaskannya termasuk kepada anak-anak. Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan / pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. Dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian, anak memerlukan segala informasi tentang dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi disekelilingnya. Anak juga ingin mengetahui berbagai informasi tentang apa saja yang dijangkau pikiranya. Informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media cetak, media elektronika, dan buku bacaan, termasuk bacaan sastra. Namun, dalam usia yang masih sangat muda anak masih belum dapat memilih dan memilah bacaan sastra yang baik. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui dan menarik bagi dirinya., tak peduli sesuai atau tidak untuknya. Bacaan yang dikonsumsi anak tentu akan berpengaruh pada perkembangan sikap, mental, dan perilaku anak yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya anak akan meniru dari apa yang dilihat atau apa yang dibacanya.
B. Tujuan
ü Memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
ü Memahami jenis-jenis karya sastra yang sesuai untuk tingkatan perkembangan usia anak dan psikologis anak.
ü Mengenal macam-macam karya sastra untuk kelas tinggi.
ü Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat dan Tujuan Sastra Anak
Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia anak yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Di sekolah dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623 dalam http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/hakikat-sastra-anak/) bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni :
1. Pencarian kesenangan pada buku
2. Menginterprestasikan bacaan sastra
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi
B. Jenis Bahan Pembelajaran Sastra di SD
Sastra anak-anak sebagai sumber pembelajaran bahasa di sekolah dasar terdiri atas berbagai genre, yaitu: buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah, fantasi/fiksi ilmiah, sastra tradisional, puisi, dan biografi yang difiksikan. Semua genre tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran apresiasi asal disesuaikan dengan kondisi dan tingkat perkembangan anak-anak.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu :
(1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati,
(2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia,
(3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
C. Apresiasi Sastra Anak
Apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya ( sastra anak ) dan penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu ( sastra anak ). Terdapat 3 batasan apresiasi anak, yaitu :
(a) Apresiasi sastra anak adalah pengharagaan (terhadapa karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahanan.
(b) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra anak.
(c) Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak.
Dalam apresiasi sastra anak terdapat 3 (tiga) tingkatan yaitu :
a) Seorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak dan terlibat secara emosional intelektual dan imajinatif.
b) Setelah mengalami hal yang seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang bekerja lebih giat menjelajahi medan karya sastra yang di apresiasinya.
c) Kemudian seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
Ketika mengapresiasi sastra anak terdapat lima manfat bagi kehidupan yaitu :
a) Manfaat estetis
b) Manfaat pendidikan
c) Manfaat kepekaan batin atau sosial
d) Manfaat manambah wawasan
e) Manfaat pengembangan kejiawaan atau kepribadian
Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan yang harus dilalui seorang guru, yaitu :
(a) persiapan pembelajaran,
(b) pelaksanaan pembelajaran, dan
(c) evaluasi pembelajaran.
· Tahap persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar bagi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu (a) persiapan fisik, dan (b) persiapan mental. Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan.
Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah:
(a) Memilih Bahan Ajar, bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagaman tema, keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang.
(b) Menentukan Metode Pembelajaran, menentukan metode harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian dengan keadaan siswa.
(c) Menuliskan Persiapan Mengajar Harian, menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Penulisan PMH itu juga menunjukkan bahwa guru siap secara lahir batin hendak menyampaikan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar.
· Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat dimulai dari kegiatan pra-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-KBM dapat dilakukan dengan memberi salinan atau kopi teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau mencatat dan menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra. KBM di kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas, Setelah itu baru diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi bersama merumuskan isi, tema, dan amanat.
· Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu : (a) kognitif, (b) afektif, dan (c) Pesikomotor.
D. Standar Kompetensi Kemampuan Bersastra di SD
Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalarn berbagai jenis dan bentuk kegiatan, yaitu melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap siswa pada jenjang sekolah dasar diwajibkan membaca 9 buku sastra (puisi anak, buku cerita anak, drama anak, dan dongeng/ cerita rakyat). Pelaksanaan pengajaran apresiasi di sekolah dasar disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat pada aspek kemampuan bersastra. Adapun pemilihan bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumber-sumber yang relevan.
Kompetensi dalam pembelajaran sastra di SD, harus mencakup beberapa kemampuan yaitu: (1) kemampuan mengapresiasi sastra, (2) kemampuan berekspresi sastra, (3) kemampuan menelaah hasil sastra.
Kegiatan untuk memperoleh kemampuan mengapresiasi sastra menurut (Rusyana, 2002 dalam http://ginanjarmaulana.blogspot.com/2009/02/perkembangan-sastra.html) dapat dilaksanakan melalui kegaiatan berikut :
a. Mendengarkan hasil sastra: 1) mendengarkan pembacaan puisi, (2) mendengarkan pembacaan cerita pendek, (3) mendengarkan penuturan dongeng, (4) mendengarkan pembacaan atau pembawaan dialog/drama. dan (5) mendengarkan pembacaan kutipan novel.
b. Menonton hasil sastra :1) membaca puisi, (2) membaca cerita pendek, (3) membaca drama, (4) membaca novel, (5) membaca kritik tentang hasil sastra, dan (6) membaca resensi tentang sastra.
Kegiatan untuk memperoleh kemampuan berekspresi sastra dapat dilaksanakan melalui kegaiatan sebagai berikut.
a. Melisankan hasil sastra : 1) bercerita (menuturkan dongeng), (2) berdeklamasi, (3) membaca nyaring novel, (4) membawakan dialog, dan (5) mementaskan drama
b. Menulis karya sastra : 1) menulis puisi, (2) menulis cerpen, (3) menulis dongeng, (4) menulis dialog, dan (5) menulis drama pendek.
a. Melisankan hasil sastra : 1) bercerita (menuturkan dongeng), (2) berdeklamasi, (3) membaca nyaring novel, (4) membawakan dialog, dan (5) mementaskan drama
b. Menulis karya sastra : 1) menulis puisi, (2) menulis cerpen, (3) menulis dongeng, (4) menulis dialog, dan (5) menulis drama pendek.
Kegiatan untuk memperoleh kernampuan menelaah hasil sastra dapat dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut : a) Menilai hasil sastra, b) Meresensi buku sastra, c) Menganalisis hasil sastra
E. Tanggapan Pembaca Dan Pengembangan Kemampuan Bersastra Siswa SD
a) Tanggapan Siswa Sebagai Pembaca Terhadap Sastra
Mengenali dan mengakui pertumbuhan anak-anak sangat penting bagi para guru dan orang tua. Tanggapan-tanggapan anak-anak terhadap sastra seperti juga halnya minat-minat dan pilihan-pilihan mereka, memperlihatkan perubahan ciri sesuai dengan peningkatan usia mereka. Isi tanggapan anak yang berusia 10 tahun akan jelas berbeda dengan isi responsi anak yang berusia lima talum atau kelas rendah.
Tanggapan anak yang berada pada usia SD kelas tinggi ini diungkapkan Huck(1987:76 dalam http://ginanjarmaulana.blogspot.com/2009/02/perkembangan-sastra.html) memiliki lima ciri utama,yaitu: (I) beralih dari penyimak menjadi pembaca, (2) makin mahir meringkas, (3) makin mahir mengklasifikasikan, (4) mengaitkan responsi pribadi dengan cerita, dan (5) menggunakan ciri, tema, dan pola yang ada pada cerita pada waktu mereka menulis (membuat cerita).
Ciri tanggapan yang pertama, peralihan dari penyimak ke pembaca. Anak-anak mengalami suatu periode yang berfokus pada membaca mandiri. Oleh karena itu, mereka mulai berkomentar mengenai kuantitas, jumlah buku yang dibaca atau panjang/tebalnya suatu buku. Anak-anak mulai menyukai buku sastra yang bervariasi pilihan kata-katanya, indah bahasanya, dan kaya gaya bahasanya. Mereka mulai memilih buku mana yang ia sukai dan mana yang kurang disukai. Umumnya mereka menyukai cerita yang berisi petualangan dari kejadian nyata. Mereka sudah mulai kurang suka dengan cerita-cerita dongeng khayalan, lebih memilih cerita realistik kontemporer.
Ciri tanggapan kedua, menjadi semakin mahir atau terampil dalam membuat rangkuman cerita-cerita sebagai pengganti menceritakan kembali secara lisan. Mereka lebih senang menuliskannya dengan kata-kata sendiri secara tertulis dari pada melalui bahasa lisan berbicara. Bahkan tidak sedikit siswa yang secara tertulis bisa menuliskan respon selain cerita yang sudah dibacanya, tetapi tidak bisa menceritakan secara lisan di depan kelas. Oleh karena itu, respon secara tertulis itu merupakan suatu keterampilan yang memudahkan bila diadakan diskusi, tinggal pengembangannya.
Ciri tanggapan yang ketiga, mengklasifikasikan atau mengkategorisasikan cerita-cerita dengan beberapa cara yang sama dengan yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak pada usia ini, sudah dapat memilah-milah sejumlah buku, menggunakan kategori-kategori seperti buku cerita "misteri", "humor lucu", atau "fantasi" seperti layaknya dilakukan orang dewasa. Kalau itu dilakukan oleh anak prasekolah, maka mereka mungkin mengklasifikasikannya dengan cara melihat sampulnya, sehingga ia akan membedakan buku-buku berkulit "berwarna", atau "gambar sampul yang bagus" bukan berdasarkan isi.
Ciri tanggapan keempat, mengaitkan reaksi pribadi dengan cerita itu sendiri. Sebuah buku yang membosankan anak yang berusia delapan talum mungkin terpengaruh oleh "buku yang membosankan" karena ceritanya panjang, halamannya banyak, atau karena bersudut pandang orang pertama. Anak-anak menilai suatu cerita berdasarkan tanggapannya tanpa memperhatikan kualitas-kualitasnya sebagai sastra atau daya tariknya bagi orang lain. Ini merupakan unsur yang kuat dalam tanggapan, hal ini dapat mempengaruhi para guru terhadap pemilihan sastra anak-anak.
Ciri tanggapan kedua, menjadi semakin mahir atau terampil dalam membuat rangkuman cerita-cerita sebagai pengganti menceritakan kembali secara lisan. Mereka lebih senang menuliskannya dengan kata-kata sendiri secara tertulis dari pada melalui bahasa lisan berbicara. Bahkan tidak sedikit siswa yang secara tertulis bisa menuliskan respon selain cerita yang sudah dibacanya, tetapi tidak bisa menceritakan secara lisan di depan kelas. Oleh karena itu, respon secara tertulis itu merupakan suatu keterampilan yang memudahkan bila diadakan diskusi, tinggal pengembangannya.
Ciri tanggapan yang ketiga, mengklasifikasikan atau mengkategorisasikan cerita-cerita dengan beberapa cara yang sama dengan yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak pada usia ini, sudah dapat memilah-milah sejumlah buku, menggunakan kategori-kategori seperti buku cerita "misteri", "humor lucu", atau "fantasi" seperti layaknya dilakukan orang dewasa. Kalau itu dilakukan oleh anak prasekolah, maka mereka mungkin mengklasifikasikannya dengan cara melihat sampulnya, sehingga ia akan membedakan buku-buku berkulit "berwarna", atau "gambar sampul yang bagus" bukan berdasarkan isi.
Ciri tanggapan keempat, mengaitkan reaksi pribadi dengan cerita itu sendiri. Sebuah buku yang membosankan anak yang berusia delapan talum mungkin terpengaruh oleh "buku yang membosankan" karena ceritanya panjang, halamannya banyak, atau karena bersudut pandang orang pertama. Anak-anak menilai suatu cerita berdasarkan tanggapannya tanpa memperhatikan kualitas-kualitasnya sebagai sastra atau daya tariknya bagi orang lain. Ini merupakan unsur yang kuat dalam tanggapan, hal ini dapat mempengaruhi para guru terhadap pemilihan sastra anak-anak.
Ciri tanggapan yang kelima, menggunakan ciri-ciri, peristiwa-peristiwa, tema-tema, dan pola-pola cerita digunakan dalam menulis cerita. Anak-anak sering. menggunakan peristiwa, tema, atau pola bahasa yang digunakan pengarang buku yang telah dibacanya pada waktu mereka harus membuat tanggapan tertulis (mengarang).
b) Pengembangan Kemampuan Bersastra Siswa SD
Untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kemampuan bersastra siswa SD diperlukan kegiatan yang menarik dan variatif. Dengan demikian, perlu dirancang kegiatan apa yang akan dilaksanakan oleh guru untuk mencapai kemampuan-kemampuan bersastra dengan menyenangkan.
Di bawah ini ada beberapa contoh kegiatan pengembangan kemampuan bersastra mencakup kegiatan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bentuk tanggapan siswa setelah membaca atau menyimak karya sastra.
1. Menanggapi dengan Jurnal Dialog
Yang dimaksud Jurnal Dialog ialah catatan siswa sebagai respons pada apa yang telah dibacanya. Siswa membaca sebuah cerita atau sebuah buku cerita, lalu mereka membuat respons dalam bentuk catatan mengenai alur, karakter setiap tokoh, sampai dengan bagaimana seandainya dia menjadi salah satu tokoh dalam cerita tersebut. Respons siswa tersebut ditanggapi oleh guru dalam jurnal yang sama, sehingga dalam jurnal tersebut terjadi dialog antara siswa dan gurunya dalam bentuk tertulis.
Ø Di bawah ini contoh Jumal Dialog:
JURNAL DIALOG
Nama :………………….
K e I a s :………………….
Judul Cerita :………………….
Pengarang :………………….
1. Topik/fokus : Kesan pada cerita 2. Pertanyaan bimbingan: Bagaimanakah kesan kamu setelah membaca cerita tersebut ? Coba uraikan kepada Ibu kesan tersebut Jangan lupa alasan kamu terkesan seperti itu juga perlu dijelaskan 3. Uraian:
1. Topik/fokus: Bagian cerita yang menarik 2. Pertanyaan bimbingan: Adakah bagian cerita dari cerita ini yang paling kamu sukai atau paling menarik menurut kamu ? Coba uraikan pada Ibu sekalian alasannya mengapa kamu sukai atau tertarik ? 3. Uraian :
1. Topik/fokus: Menghubungkan peristiwa atau pelaku 2. Pertanyaan bimbingan : Apakah dalam cerita ini ada kejadian atau pelaku yang mengingatkan kamu pada kejadian atau pelaku (orang) dalam kehidupan sehari-hari atau yang kamu alami dalam kehidupan ?Coba uraikan pada lbu kejadian yang mana atau pelaku yang mana dan berkaitan dengan siapa atau peristiwa yang kamu alami yang mana ? 3. Uraian :
1. Topik/fokus: Ungkapan rasa simpati 2. Pertanyaan bimbingan: Dari tokoh/ pelaku dalam cerita yang telah kamu baca, adakah yang paling kamu senangi? Coba uraikan pada Ibu pelaku yang mana dan mengapa kamu menyukai pelaku tersebut? 3.Uraian:
JURNAL DIALOG
Nama :………………….
K e I a s :………………….
Judul Cerita :………………….
Pengarang :………………….
1. Topik/fokus : Kesan pada cerita 2. Pertanyaan bimbingan: Bagaimanakah kesan kamu setelah membaca cerita tersebut ? Coba uraikan kepada Ibu kesan tersebut Jangan lupa alasan kamu terkesan seperti itu juga perlu dijelaskan 3. Uraian:
1. Topik/fokus: Bagian cerita yang menarik 2. Pertanyaan bimbingan: Adakah bagian cerita dari cerita ini yang paling kamu sukai atau paling menarik menurut kamu ? Coba uraikan pada Ibu sekalian alasannya mengapa kamu sukai atau tertarik ? 3. Uraian :
1. Topik/fokus: Menghubungkan peristiwa atau pelaku 2. Pertanyaan bimbingan : Apakah dalam cerita ini ada kejadian atau pelaku yang mengingatkan kamu pada kejadian atau pelaku (orang) dalam kehidupan sehari-hari atau yang kamu alami dalam kehidupan ?Coba uraikan pada lbu kejadian yang mana atau pelaku yang mana dan berkaitan dengan siapa atau peristiwa yang kamu alami yang mana ? 3. Uraian :
1. Topik/fokus: Ungkapan rasa simpati 2. Pertanyaan bimbingan: Dari tokoh/ pelaku dalam cerita yang telah kamu baca, adakah yang paling kamu senangi? Coba uraikan pada Ibu pelaku yang mana dan mengapa kamu menyukai pelaku tersebut? 3.Uraian:
2. Mengawali dan Mengakhiri Cerita
Kegiatan bersastra tidak harus selalu menciptakan yang baru. Untuk kegiatan berekspresi sastra siswa SD dapat saja hanya membuat awal cerita dari cerita yang sudah ada atau membuat akhir cerita dari cerita yang sudah ada. Guru menyediakan cerita yang bagian awalnya dihilangkan dan harus diisi oleh siswa. Atau, bagian akhir cerita dihilangkan dan diteruskan oleh siswa. Kegiatan ini untuk melatih kepekaan siswa pada persitiwa dan bagian-bagian cerita, sebelum mereka dapat menulis cerita secara bebas.
3. Mengganti Tokoh atau Latar Cerita
Guru menyediakan sebuah cerita yang tokohnya atau latar ceritanya dikosongkan (klos). Siswa harus mengisi tokoh dalam cerita tersebut dengan nama kawannya atau nama yang mereka kenal di rumah. Begitu juga latar cerita yang dikosongkan dalam cerita harus diisi dengan latar tempat yang mereka kenal. Kegiatan ini melatih siswa untuk peka terhadap tokoh dan latar cerita.
4. Baca-Ragakan
Siswa membaca sebuah cerita yang mereka bawa atau disediakan guru. Masing-masing siswa harus mencari tema dari cerita yang dibacanya. Tema yang mereka temukan dari bacaannya masing-masing harus mereka ragakan dalam bentuk peragaan sesuai tema yang mereka temukan. Misalnya cerita yang dibaca Bawang Merah dan Bawang Putih, bertemakan kesedihan, maka siswa yang membaca buku tersebut harus meragakan dengan tanpa bicara. Siswa lain harus menebak tema apa yang dibaca siswa tersebut dengan melihat peragaan yang dilakukannya.
5. Baca-Gambar
Siswa secara perorangan atau kelompok membaca cerita atau sebuah puisi. Dengan berdasarkan pemahaman pada cerita yang telah dibacanya, siswa harus menuangkan pemahamannya dalam bentuk gambar. Atau kalau yang dibaca puisi, siswa harus membuat ilustrasi yang tepat sesuai dengan isi puisi yang telah dibacanya. Gambarnya tidak menjadi pokok penilaian sebab tidak semua siswa dapat menggambar bagus, yang menjadi bahan utama penilaian kesesuaian gambar sebagai hasil pemahaman dengan cerita atau puisi yang telah dibacanya.
6. Baca Puisi atau Pantun Serempak
Pembacaan puisi dengan secara serempak sangat menarik terutama untuk kelas-kelas rendah bahkan untuk kelas tinggi di SD, apalagi kalau puisi yang harus dibaca penuh dengan rima dan irama. Guru memilih puisi atau pantun yang dapat dibaca secara bersama-sama. Pembacaan dapat diatur misalnya satu bait barisan bangku kanan, sebait lagi barisan bangku kiri. Atau kalau pantun, satu kelompok membaca sampirannya, dan kelompok lain membaca isinya. Dengan demikian suasana pembacaan akan terdengar bersahut-sahutan.
Ø Contoh:
MASIH BULANKAH ENGKAU
Dibaca oleh kelompok baris bangku pertama:
Masih bulankah engkau?
Ketika pucat di pagi hari
Karena terlambat beranjak
Dari singgasanamu
Dan awan pun sedih
Melihar engkau pergi enggan
Kemalu-maluan
Dibaca oleh kelompok baris bangku kedua:
Masih bulankah engkau?
Ketika bulatmu tinggal sebelah
Terpurus angin
Dan rindu pun akan tiba
Karena belahanmu
Tidak segera menyatu
Kembali
Dibaca serempak bersama-sama oleh dua kelompok:
Bulan, masih bulankah engkau? Ketika pagi gemetar Karena marah Melumatkanmu Masih bulankah engkau Masihkah?
(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, Jakarta: Balai Pustaka, 1981)
MASIH BULANKAH ENGKAU
Dibaca oleh kelompok baris bangku pertama:
Masih bulankah engkau?
Ketika pucat di pagi hari
Karena terlambat beranjak
Dari singgasanamu
Dan awan pun sedih
Melihar engkau pergi enggan
Kemalu-maluan
Dibaca oleh kelompok baris bangku kedua:
Masih bulankah engkau?
Ketika bulatmu tinggal sebelah
Terpurus angin
Dan rindu pun akan tiba
Karena belahanmu
Tidak segera menyatu
Kembali
Dibaca serempak bersama-sama oleh dua kelompok:
Bulan, masih bulankah engkau? Ketika pagi gemetar Karena marah Melumatkanmu Masih bulankah engkau Masihkah?
(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, Jakarta: Balai Pustaka, 1981)
7. Melagukan Puisi
Puisi yang harus dibaca oleh siswa, selain dibaca di dalam hati atau dibaca nyaring, dapat pula dibuat menjadi sebuah lagu. Siswa harus mencoba menyanyikan sebuah puisi menjadi lagu apa saja yang sudah mereka hapal. Misalnya sebuah puisi dilagukan seperti lagu-lagu Peterpan atau Gigi atau lagu-lagu lain yang mereka hapal. Maksud kegiatan ini mencoba memahamkan isi puisi kepada siswa melalui lagu, karena pada waktu mereka harus memasukkan kata-kata puisi itu ke dalam lagu, mereka harus memahami dulu isi puisi tersebut.
8. Memerankan Puisi
Siswa secara berkelompok membaca puisi yang disediakan guru. Mereka dibimbing untuk memahami isi puisi tersebut. Mereka dibimbing dengan panduan unsur-unsur puisi: temanya apa? Siapa pelaku dalam puisi tersebut? Di mana latamya? Dan seterusnya. Setelah mereka paham, secara berkelompok harus memerankan puisi tersebut sesuai imajinasinya di depan kelas.
Ø Baca puisi di bawah ini dan perankan!
PENGEMIS TUA
Di bawah terik matahari
Kau berjalan tertatih-tatih
Dengan tongkat kayu di tanganmu
Pak tua yang
Peluhmu yang membasahi
Baju kumalmu
Tiada kau hiraukan
Aku tahu pak tua
Bukan mobil yang kau minta
Bukan pula gedung mewah
Tapi hanyalah sesuap nasi
Untuk mengisi perut
(Suliestiowaty, si Kuncung TH. XXIV, No 21, 1979)
9. Wawancara Pengarang
Kegiatan ini berfokus pada membaca dan berbicara. Dua orang siswa secara berpasangan membaca sebuah cerita atau puisi. Mereka harus memahami isi cerita atau puisi yang dibacanya secara lengkap. Setelah ini, secara berpasangan melakukan tanya jawab. Salah seorang menjadi pengarang cerita atau puisi tersebut dan seorang lagi menjadi penggemar pengarang tersebut. Penggemar dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan cerita atau puisi tersebut, dan pengarang dapat menjawab sesuai dengan pemahaman dia terhadap cerita atau puisi tersebut.
10. Bermain Drama
Siswa dapat mengekspresikan dirinya dalam permainan drama. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok harus berbagi peran untuk memerankan tokoh dalam drama yang dibacanya. Pemilihan peran diserahkan kepada kelompok. Setiap kelompok bermain drama di depan kelas dengan perlengkapan berdasarkan hasil kelompok.
11. Contoh Lain Kegiatan Bersastra di SD
Ø Contoh
Bentuk pembelajaran kelompok
Kelas IV, V, VI
Bahan beberapa puisi pilihan guru
1) Setiap kelompok memilih puisi yang telah disediakan guru. Setiap kelompok berdiskusi untuk memahami isi puisi yang telah dipilihnya dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
2) Dalam kelompok, anak-anak juga berusaha untuk membaca teknik. Salah seorang anggota kelompok membaca teknik, yang lain menanggapi bila ada intonasi, lafal, atau jeda dalam pembacaan yang kurang benar.
3) Setiap kelompok membacakan puisinya di depan kelas dan melaporkan hasil diskusinya tentang pemahaman puisi yang dipilihnya kelompok lain menanggapi.
4) Setiap kelompok harus mendramatisasikan puisi yang dipilihnya. Setiap kelompok diberi kebebasan untuk menambah dialog (percakapan) antar tokoh atau gerakan inprovisasi yang sesuai dengan tema puisi.
5) Setiap kelompok yang tampil ditanggapi oleh kelompok lain sebagai balikan dan penguatan.
Bentuk pembelajaran kelompok
Kelas IV, V, VI
Bahan beberapa puisi pilihan guru
1) Setiap kelompok memilih puisi yang telah disediakan guru. Setiap kelompok berdiskusi untuk memahami isi puisi yang telah dipilihnya dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
2) Dalam kelompok, anak-anak juga berusaha untuk membaca teknik. Salah seorang anggota kelompok membaca teknik, yang lain menanggapi bila ada intonasi, lafal, atau jeda dalam pembacaan yang kurang benar.
3) Setiap kelompok membacakan puisinya di depan kelas dan melaporkan hasil diskusinya tentang pemahaman puisi yang dipilihnya kelompok lain menanggapi.
4) Setiap kelompok harus mendramatisasikan puisi yang dipilihnya. Setiap kelompok diberi kebebasan untuk menambah dialog (percakapan) antar tokoh atau gerakan inprovisasi yang sesuai dengan tema puisi.
5) Setiap kelompok yang tampil ditanggapi oleh kelompok lain sebagai balikan dan penguatan.
BABII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Ø Sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.
Ø Pelaksanaan pengajaran apresiasi di sekolah dasar disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang terdapat pada aspek kemampuan bersastra DAFTAR PUSTAKA
Malinton Sherly. 1981.Bunga Anggrek untuk Mama, Jakarta : Balai Pustaka.
Posting Komentar untuk "MENGKAJI BENTUK-BENTUK KARYA SASTRA UNTUK SD KELAS TINGGI"