PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DI KELAS TINGGI
TUGAS KELOMPOK
PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERBAHASA LISAN
Dosen Pembimbing : Dra. Sulistiasih, M.Pd
Mata Kuliah : Pend. Bahasa Indonesia di Kelas
Tinggi
Oleh
1. Heru Yuono 0713053032
2. Nia Fatmawati 0713053044
3. Zahrial Yudha Prawira 0713053061
S I PGSD UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
T.A 2009 / 2010
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dik
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut masih perlu untuk terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan berbahasa lisan dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan orang lain baik langsung maupun lewat media, misalnya radio, televisi, dan pita rekaman. Tujuan yang lain adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dengan demikian kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara lisan diharapkan dapat meningkat.
Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai keterampilan berbahasa lisan, yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.
B. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Tujuan dan sasaran mempelajari bab ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Memahami Hakikat Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
b. Mengetahui Proses Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
c. Mengetahui Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara Di Kelas Tingi
d. Memahami Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara di Kelas Tinggi.
e. Mengetahui dan Memahami Hubungan Menyimak dan Berbicara
f. Mengetahui dan Memahami Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Demonstrasi Kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Menyimak
1) Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respon, atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi tersebut. Dengan cara seperti ini ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi tersebut.
Tarigan Djago (1991 : 4) menyimk adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Harimurti K. 1981 dalam (Hariyadi 1996 : 19) “Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang lebih lengkap yaitu: Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
2) Proses Menyimak
Pemahaman menyimak menjadi lebih mudah apabila penyimak mengetahui konteks wacana yang disimaknya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk menafsirkan dan memahami materi yang mereka simak. Pengetahuan yang ada pada diri penyimak sangat berperan dalam proses menyimak. Penyimak yang berhasil adalah mereka yang memanfaatkan baik pengetahuan yang ditangkap dari wacana yang disimak maupun pengetahuan yang telah mereka miliki, yang berhubungan dengan dengan materi yang disimak (Numan, 1991: 18 dalam Rofi’uddin,1998: 5).
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara. Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Menurut Anderson dan Lyneh (dalam Rofi’uddin 1998 : 6) kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Susunan informasi (Teks yang berisi informasi yang disusun secara kronologi lebih mudah dipahami daripada yag tidak berkronologi).
2.Latar belakang pengetahuan penyimak mengenai topic yang disimak.
3.Kelengkapan dan kejelasan (Disajikan eksplisit informasi yang disimak).
4.Pembicara tidak banyak menggunakan kata ganti dan menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih mudah dipahami.
5.Yang dideskripsikan dalam teks yang disimak mengandung hubungan strategis atau hubungan dinamis (Yang menunjukan hubungan statis misalnya bentuk-bentuk geometric lebih sulit dipahami, daripada yang mengandung hubungan hubungan dinamis
Kegiatan menyimak perlu disesuaikan dengan kemampuan anak. Bagi anak-anak yang tergolong rendah kemampuannya dalam menyimak, setelah menyimak teks yang sama dengan yang disimak oleh anak-anak yang lain, anak-anak tersebut dapat diberi tugas membuat ringkasan informasi yang mereka simak. Anak-anak yang kemampuan menyimaknya rendah diberi tugas menyebutkan jumlah pembicaraan atau jumlah kata-kata kunci.
Alternatif yang lain, peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimak berulang-ulang wacana yang dijadikan materi pembelajaran menyimak. Mereka diberi daftar kata-kata kunci dan diminta menyebutkan berapa kali mereka mendengar kata-kata tersebut. Kemudian diberi tugas yang lebih sulit misalnya diberi sejumlah frasa dan diminta yang terakhir, mereka dapat diminta untuk menunjukkan jumlah yang mereka dengar.
3)Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara.
Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis. Menurut Baradja (PGSD 4405/Modul 6 : 6.25) sistematisasi pertanyaan-pertanyaan untuk materi pembelajaran menyimak dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut.
MENGINGAT FAKTA
Mengingat nama orang, nama tempat, urutan kejadian dan hal-hal lain yang secara eksplisit disebutkan dalam teks lisan MEMAHAMI KOSAKATA BARU
Memahami arti kata, ungkapan, dan sebagainya dalam hubungan kalimat MENARIK KESIMPULAN
Mengidentifikasi isi persoalan, meramalkan kejadian selanjutnya, membuat interpretasi efektif, dan sebagainya
Ya – tidak/alternatif 1 2 3
Dengan kata tanya 4 5 6
Pada tabel di atas tampak ada dua jenis pertanyaan dan 3 jenis perilaku siswa yang kita pancing. Secara keseluruhan, ada 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan 1 – 3 merupakan jenis pertanyaan ya – tidak/alternatif dan pertanyaan 4 – 6 jenis pertanyaan yang menggunakan kata tanya, misalnya apa, mengapa, bagaimana, dan lain sebagainya. Pertanyaan 1 – 3 termasuk pertanyaan yang relatif mudah (diberikan di kelas rendah), sedangkan macam pertanyaan 4 – 6, termasuk golongan pertanyaan yang sukar (diberikan di kelas tinggi). Gradasi kesukaran sudah diurutkan, makin besar nomor pertanyaan makin sukar atau makin kecil nomor pertanyaan makin mudah.
4)Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Agar proses pembelajaran menyimak memperoleh hasil yang baik. Strategi pembelajaran guru harus memenuhi kriteria berikut:
a.Relevan dengan tujuan pembelajaran
b.Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
c.Mengembangkan kreativitas siswa secara individual maupun secara kelompok
d.Memudahkan siswa memahami pelajaran
e.Mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan yang telah ditetapkan
f.Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit
g.Menciptakan suasana belajar mengajar yang yang menyenangkan
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Guru dapat memberikan cerita yang tidak terlalu panjang dikelas. Namun, sebelum membaca, guru harus mendiskusikan etiket atau sopan santun dalam menyimak dan perbedaan antara kritik yang kontruktif atau negatif. Diskusi tersebut hendaknya menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina kesetiakawanan.
Guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai cerita atau artikel tersebut yang patut dipuji atau perlu diperbaiki. Guru sebaiknya mendaftar segi-segi positif dan negative tersebut di papan tulis atau dengan menggunakan OHP, sehingga setiap anak dapat melihat dan mendengar hal-hal penting yang sedang didiskusikan. Pada saat inilah guru dapat menekankan kepada murid-murid untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang sopan dan pada saat inilah guru memberikan dorongan kepada anak untuk memperbaiki pertanyaannya agar menjadi jelas dan menggunakan bahasa yang baku. Apabila tidak ada anak yang memberikan komentar terhadap cerita atau artikel yang telah dibacakan, guru mungkin dapat menyarankan agar mereka berperan seolah-olah menjadi pengarang cerita atau artikel tersebut. Komentar apa yang mereka inginkan dari pembaca seandainya mereka menjadi pengarang cerita atau artikel yang telah dibacakan oleh guru Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : ...).
Mengembangkan Pembelajaran Menyimak di SD
Beberapa teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD sebagai berikut:
1. Simak – Ulang Ucap.
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
2.Simak – Tulis (Dikte)
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.
3. Simak – Kerjaan
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.
4. Simak – Terka
Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
5. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain ayang sesuai yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih luas.
6. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
7. Membuat Rangkuman
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.
8. Permainan Untuk meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai).
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
9. Mendengarkan Cerita Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok.
Alat yang digunakan : Kaset cerita dan tape recorder.
Cara pelaksanaan : (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
10. Mendengarkan Berantai Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.
Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan.
Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota per kelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya, (8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
5) Guru Sebagai Penyimak
Perlu kita yakini kebenaran pernyataan: siapa yang tidak mau menyimak dengan baik tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Oleh karena itu guru seharusnya menyimak pertanyaan murid dengan baik. Apabila guru merasa sudah tahu apa yang ditanyakan, kemudian guru memberikan jawaban yang tidak tetap, secara tidak disadari guru-guru tersebut telah membentuk kebiasaan menyimak yang tidak baik bagi murid-murid.
Dalam kelas yang efektif, guru memberikan penekanan pada keterampilan menyimak seperti halnya pada keterampilan membaca dan menulis. Menyimak merupakan sarana yang utama untuk belajar, oleh karena itu kebiasaan menyimak perlu dikembangkan. Cara yang terbaik untuk mengembangkan murid-murid sebagai penyimak yang efektif. Tunggulah sampai suatu pertanyaan dikemukakan secara lengkap sebelum menjawab pertanyaan murid. Demikian juga murid-murid dibiasakan melakukan hal yang serupa. Apabila perlu dikemukakan kembali pertanyaan yang harus anda jawab atau yang harus dijawab oleh orang lain. Berikan dorongan untuk saling bertukar pendapat. Ingatkan murid-murid bahwa menjadi penyimak yang baik sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang efektif Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : 9-10).
Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi. Pertama, guru harus memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicaraan yang efektif, dan menggunakan strategi yang efektif. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi
6) Partisipasi Kelompok
Dalam kelas yang berdasarkan pendekatan pembelajaran bahasa secara holistik, peserta didik lebih banyak bekerja dalam kelompok. Kelompok dapat diarahkan untuk mencapaia tujuan pembelajaran khusus secara langsung, dan dapat menolong anaka-anaka meningkatkan keterampilan tertentu. Kerja kelompok dapat menolong murid-murid mengembangkan sikap sosial yang positif, memberikan penguatan keterampilan berbahasa yang spesifik dan membantu guru menyelenggarakan pembelajaran sebaik mungkin.
Keuntungan dari kelompok tersebut terletak pada bantuan dari teman dan terjadiny kegiatan belajar. Keberhasilan kelompok biasanya merupakan pencerminan perencanaan dan upaya-upaya persiapan guru.
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada anggota-anggotanya. Sebaiknya guru mulai dengan memberikan tugas yang jelas berupa keterampilan tertentu yang perlu ditingkatkan dalam suatu kelompok, kemudian baru memiliki anggota kelompok.
F. Berbicara
1) Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan Tarigan dalam (Haryadi 1996 :54). Berbicara sering di anggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, dan linguistik secara luas. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara . Jadi tingkat kemampuan berbicara seseorang tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor psikologis saja, tetapi dengan mengukur semua faktor tersebut secara menyeluruh.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didngar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
2) Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Dalam proses belajara berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal. Mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
Ellis (dalam Roffi’uddin, 1998: 12) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara :
a. Menirukan pembicaraan orang lain.
b. Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
c. Mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu benyuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik (Tompkinss dan Hoskisson dalam Rofi’uddin, 1998: 12)
a. Percakapan
Siswa mempelajari strategi dan keterampilan untuk melakukan sosialisasi dan percvakapan dengan teman-temannya sekelas ketika berpartisipasi dalam kelompok kecil. Mereka belajar tentang peran pembicaraan dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan.
1) Memulai percakapan
Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara sukarela untuk membuka pembicaraan. Guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemidian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
2) Menjaga berlangsungnya percakapan
Siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan. Lewat percakapan, siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru.
3) Mengakhiri percakapan
Pada akhir percakapan, siswa seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau melaksanakan tugas dengan baik. Murid menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan cataatan hasil percakapan.
b. Berbicara Estetik
1) Memilih cerita
Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya : (a) cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas; (b) memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas; (c) tema cerita jelas; (d) jumlah pelaku cerita tidak banyak; (e) cerita mengandung dialog; (f) cerita menggunakan gaya bahasa perulangan; (g) cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan.
2) Menyiapkan diri untuk bercerita
Siswa hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan secraa urut.
3) Menambahkan barang-barang yang diperlukan
Siswa dapat menggunakan beberapa teknik untuk membuat cferitanya lebih hidup. Siswa dapat menggunakan gambar-gambar yang ditempelkan di papan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang diceritakan agar cerita lebih menarik.
4) Bercerita atau mendongeng
Kegiatan mendongeng dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien.
c. Berbicara untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain buku, majalah, surat kabar, ensiklopedia, almanak, dan atlas. Dalam menyajikan informasi, siswa sebaiknya tidak membawa catatan.
d. Kegiatan Dramatik
Bermain drama merupakan media bagi siswa untuk menggunakan bahasa verbal dab nonverbal dalam konteks yang bermakna. Kegiatan drama memiliki kekuatan sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa karena melibarkan siswa dalam kegiatan berpikir logis dan kreati, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa.
3) Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara, guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
4) Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai berikut.
a. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian informasi adalah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar. Empat langkah dalam menyiapkan dan menyajikan pidato yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak yang belajar berpidato adalah sebagai berikut (Ross and Roe, dalam Rofi’uddin 1998: 21)
1) Merencanakan pidato
Tentukan tujuan berpidato, untuk menginformasikan, menghibur, atau mendorong suatu tindakan. Pilih topik yang menarik, tidak terlalu sulit, dan dapat diceritan secara ringkas.
2) Menyusun Pidato
Tentukan urutan untuk menyajikan hal-hal yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan rencanakan penggunaan media visual apabila meyakinkan.
3) Mempraktikkan
Praktikkan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan kelas sebagai latihan.
b. Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses pembelajaran (Alvermann, dkk, dalam Rofi’uddin 1998 : 23)
c. Menghibur (Menyajikan Pertanyaan)
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
d. Sandiwara Boneka
Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
e. Bercerita atau Membaca Puisi secara Kor
Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahmi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan.
f. Cerita Berangkai Tujuan
Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah buku catatan.
Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas, (5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
g. Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya
Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa mengambil benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, (4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, (50 siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari
Mengembangkan pembelajaran Berbicara di SD
Untuk sampai pada taraf terampil, maka pengajaran berbicara harus dipelajari dan dilatihkan. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasa tertentu.
Metode pengajaran berbicara menurut Djago Tarigan (1990)
1. Ulang-ucap. Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti.
2. Lihat-ucapan. Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan benda tersebut.
3. Memerikan. Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata sendiri.
4. Menjawab pertanyaan
5. Bertanya
6. Pertanyaan menggali
7. Melanjutkan
8. Menceritakan kembali
9. Percakapan
10. Parafrase
11. Reka cerita gambar
12. Bermain peran
13. Wawancara
14. Memperlihatkan dan bercerita (Show and Tell)
G. Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, kalusa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari sesorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi kedfuanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedfua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi.
H. Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasrannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut ini.
1) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan sisiwa.
2) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2) Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
3) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
4) Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok.
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
1. Bermain Tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskrepsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
Contoh 1
Guru : Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama, nanti kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung jawab, kalian mengerti?”
Siswa : Mengerti, Bu Guru!
Guru : Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat diperlukan untuk lalu lintas. Banyak tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai jenis mobil lewat di punggungku. Aku dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan terka, siapa aku!
Siswa : Jalan raya!
Contoh 2
Guru :Anak-anak Bapak punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru akan melukiskan suatu benda. Siapa yang mengetahui benda yang Pak Guru maksudkan, segera acungkan tangan!”
Siswa : Siap, Pak Guru!”
Guru : Bagus! Dengarkan, disana ada sebuah tempat berair. Bentuknya memanjang dan berliku-liku. Air dari sana diperlukan oleh petani. Didalamnya kadang-kadang banyak ikan. Silakan terka, apa nama tempat itu!
Siswa : Sungai!
2. Menjawab Pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu diajukan guru, yaitu (1) siapa yang berbicara, (2) apa yang dibicarakan, (3) mengapa hal itu dibicarakan, (4) dimana hal itu dibicarakan, (5) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai yang dapat berupa dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
Contoh :
Guru : Pak Guru akan membacakan sebuah cerita singkat. Dengarkan baik-baik karena setelah itu ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab! Sekali lagi, dengarkan!
Siswa : Siap, Pak Guru!
Inilah teks yang dibacakan guru.
Rombongan SD Sukatani tiba berangsur-angsur di Candi Borobudur. Bus pertama tiba pukul 10.20. Lima menit kemudian menyusul bis kedua dan ketiga secara bersama-sama sedangkan bus keempat tiba 10 menit kemudian.
“Pak, apakah semua bus telah sampai? “kata Bu Euis.
“ Sudah Bu, semua bus telah sampai dengan selamat,” jawab Pak Ujang.
“Syukur kalau begitu,” kata Bu Euis.
Guru :Dari cerita yang kalian dengarkan, sekarang coba jawab pertanyaan dari Pak Guru!
Siswa : Iya, Pak!
Guru : Siapa yang bercakap-cakap dalam cerita yang telah Bapak bacakan?
Ari : Saya Pak, yang bercakap-cakap tadi Bu Euis dengan Pak Ujang!
Guru : Ya benar, tepat sekali jawabanmu, Ari!” Nah pertanyaan selanjutnya, Apa yang Pak Ujang dan Bu Euis bicarakan? Untuk pertanyaan ini silahkan dijawab oleh Rini!
Rini : Mereka membicarakan soal apakah semua bis telah sampai atau tidak.
Guru : Ya benar Rini, Pak Ujangdan Bu Euis mengecek semua bus yang telah sampai. Selanjutnya, giliranmu Diki! Mengapa Pak Ujang dan Bu Euis membicarakan hal itu?
Diki : Agar tahu sudah sampai apa belum semua bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur Pak!”
Guru : Tepat sekali jawabanmu, Diki. Nah sekarang, Ani! Dimana hal itu dibicarakan?
Ani : Di Candi Borobudur, Pak!
Guru : Tepat sekali. Ok, sekarang pertanyaan terakhir, untuk Rino! Berapa jumlah Bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur?
Rino : 4 bus, Pak!
Guru : Bagus sekali. Pertanyaan dari Bapak telah kalian jawab dengar benar. Kalian memang murid-murid yang pandai.
3. Menyelesaikan Cerita
Guru atau seorang siswa mulai bercerita. Siswa atau siswa yang lain menyimak cerita yang dilisankan. Cerita yang belum selesai dilisankan guru atau seorang siswa itu dilanjutkan oleh siswa atau pencerita kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai cerita itu tamat. Cara mengajarkan bercerita seperti ini memaksa siswa harus menyimak jalan cerita yang ditampilkan, sebab pada giliran berikutnya setiap siswa mungkin ditujuk guru untuk melanjutkan cerita tersebut. Cara ini dapat pula dilaksanakan dengan jalan menyuruh siswa merngkum secara bergantian sebuah cerita atau dongeng yang diperdengarkan terlebih dulu oleh guru.
Contoh :
Guru : Temanmu yang Ibu tunjuk nanti akan bercerita. Simak baik-baik isi ceritanya sebab pada saatnya nanti Ibu akan menunjuk seorang dari kamu untuk melanjutkan cerita temanmu itu. Jelas apa yang akan kamu lakukan nanti?
Siswa : Jelas, Pak.
Guru : Baik. Andri, Silahkan mulai bercerita.
Andri : Baik, Bu. Ceritanya tentang Gajah yang Ingin Kurus. Siang itu, Gaga, si gajah bertubuh besar, termenung sendirian di depan seonggok rumput. Akan tetapi, kali ini, ia terpaksa membiarkan rumput-rumput itu. Gaga mendongak ketika Merpati hinggap di pohon jati yang mulai kering. “Mengapa kau tidak mau makan rumput, Ga? Apa kamu tak lapar?” Tanya Merpati.
Gaga sebenarnya mendengar pertanyaan Merpati. Akan tetapi, ia menutup mata dan berusaha tidur. Merpati itu terbang dan hinggap di telinganya yang lebar. “Gaga, mengapa kamu tak makan? Teriaknya keras-keras.
Gaga terkejut. Ia tak menyangka Merpati akan seberani itu. Semua hewan di hutan mengenal Gaga sebagai hewan yang paling kuat. Bahkan, Singa saja takut padanya.
Guru : Baik, Andri. Sekarang giliran Lia melanjutkan cerita itu.
Lia : Gaga kemudian berdiri dan mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar.
“Aku ingin kurus. Aku tak ingin punya badan sebesar ini. Oleh sebab itulah, aku tak ingin makan rumput. Aku akan puasa,” kata Gaga.
Merpati mengangguk-ngangguk. Sebenarnya, ia merasa kasihan pada Gaga.
“Mengapa kamu tak ingin memiliki tubuh yang besar? Bukankah dengan tubuh besar itu kamu menjadi kuat? tanya Merpati.
“Kata Kucing, jika tubuhku terlalu besar, aku tak akan dapat lari secepat kijang. Jika ada bahaya, aku tak akan menyelamatkan diri.” Gaga kemudian berlari-lari di hutan agar badannya cepat kurus.
Guru : Bagus sekali. Ayo, Rahma lanjutkan!
Rahma : Tubuhmu memerlukan gizi yang cukup. Jadi, kau harus tetap makan. Jika tidak makan, kamu akan lemas dan tidak kuat berjalan lagi,” kata Sapi.
Semua hewan sudah menasehatiGaga agar mau makan seperti semula. Akan tetapi, Gaga tidak mau mendengarkan nasehat mereka.
Lama-kelamaan, Gaga terbaring lemas. Ia tak kuat lagi mengangkat badannya untuk berdiri. Akhirnya, Gaga menyerah. Ia merangkak keluar untuk mencari rumput. “Aku harus mencari makanan! Katanya lemas.
Gaga segera menyantap rumput. Ia sudah jera. Sekarang ia tak takut bertubuh besar. Ia juga tak takut tidak dapat berlari secepat kijang. Pokoknya, ia ingin kuat dan sehat. Semua hewan di hutan, gembira melihat Gaga mau makan lagi.
Guru : Bagus, bagus! Memang hebat sekali anak-anak ibu!
4. Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan untuk berperilaku menarik.
Contoh :
Guru : Selamat pagi, Anak-anak
Siswa : Selamat pagi, Bu Guru
Guru : Sesuai dengan janji Ibu tiga hari yang lalu, pada hari ini ibu akan menunjuk salah satu dari kalian untuk bercerita hari ini. Kalian sudah siap?
Siswa : Siap, Bu!
Guru : Bagus, nah sekarang Ibu akan menunjuk Dimas! Nah Dimas silahkan bacakan cerita yang telah kamu siapkan. Sementara yang lain dengarkan dengan seksama cerita Dimas!”
Cerita Dimas sebagai berikut.
Kancil dan Kera
Seekor Kera asik makan pisang. Satu persatu buah pisang masak di tandan itu di petiknya. Dikupas dengan hati-hati lalu dimakannya. Kancil ingin juga menikmati pisang itu. Bagaimana cara mengambilnya? Memintanya? Ah, pasti tidak diberi. Kancil tahu benar kera itu sangat kikir. Kancil menemukan akal, dilemparinya kera itu dengan tanah. Kancil terus melempari Kera. Ia berusaha membuat Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi marah. Ia balik melempari Kancil. Satu-persatu buah pisang dijadikannya peluru. Kancil jadi sasaran peluru pisang. Kancil pura-pura kesakitan, ia melompat-lompat menggerakan peluru. Kadang-kadang ia jatuh, sekali-kali iapun mengaduh kesakitan. Kera puas. Ia pergi mencari pisang lain, ditinggalkannya kancil yang sedang mengerang-erang kesakitan. Akal bulus sang Kancil berhasil. Kera meninggalkan buah pisang itu. Kancil tinggal mengumpulkan pisang itu, lalu dimakannya dengan santai.
Siswa : menyimak dengan seksama
Guru : Anak-anak setelah kalian mendengarkan cerita dari teman kalian Dimas, sekarang coba kalian jawab pertanyaan dari Ibu. Siapa saja pelaku dari cerita tadi?
Ira : Kancil dan kera
Guru : Benar, Bagaimana sifat si Kancil?
Wiwi : Kancil sifatnya pintar, lihai, licik.
Guru : Bagus Wiwi, nah sebaliknya bagaimana sifat si Kera?
Rita : Sifatnya kikir dan mudah dibodohi.
Guru : Bagus, kalian memang murid-murid yang pintar.
5. Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petujuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih memberi petujuk secara lisan akan lebih terampil berbicara. Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berlatih memberikan petujuk.
Contoh :
Guru : Selamat pagi, anak-anak?
Siswa : Selamat pagi, Bu?
Guru : Sekarang kita akan belajar memberikan petunjuk tentang sesuatu yang dapat menjelaskan suatu hal yang ingin orang ketahui.
Missal : tentang jalan, cara membuat sesuatu/bisa saja tentang denah alamat kalian.
Siswa : Siap, Bu!
Guru :Tebu yang berumur 18-20 bulan dipotong, lalu daunnya dibuang dan dibersihkan. Setelah diikat dengan rapih kemudian diangkut ke pabrik.
Siswa : Terus bagaimana proses di pabrik itu, Bu?
Guru : Di pabrik, tebu-tebu itu di masukkan ke dalam mesin penggilingan. Dari penggilingan itu akan diperoleh air tebu/air gula. Selanjutnya air tebu di tampung di dalam ketel besar.
Siswa : Wah, sulit juga ya prosesnya. Terus, apa proses selanjutnya, Bu?
Guru : Air tebu dalam ketel tersebut di uapkan akhirnya yang tersisa hanya gula.
Siswa : Nah sekarang tebu itu sudah menjadi gula.
Guru : Belum selesai, anak-anak. Masih ada satu proses lagi.
Siswa : Proses apalagi, Bu?
Guru : Nah, proses terakhir adalah menaburkan obat kimia. Tujuannya untuk membentuk kristal-kristal.
Siswa : Wah, tenyata sulit juga ya.
Guru : Sekarang, kalian sudah paham dan mengertikan penjelasan dari Ibu?
Siswa : Iya, Bu!
6. Bertelepon
Berbicara antara dua pribadi yang berjauhan dapat dilakukan dengan bertelepon. Ciri khas bertelepon adalah berbicara jelas, singkat dan lugas. Strategi bertelepon dapat digunakan sebagai strategi pengajaran berbahasa lisan
Contoh :
Guru : Mari kita main telepon-teleponan. Giliran yang bertugas menelepon adalah Andini dan Rima sebagai teman Andini menerima telepon dari Andini.
Ceritanya hari ini hari minggu. Ayah dan Ibu mengajak Rima bekerja bakti. Mereka akan membersihkan lingkungan rumah bersama-sama.
Rima sedang bekerja ketika mendapat telepon dari Andini.
Andini : Halo, selamat pagi!
Rima : Ya, halo. Selamat pagi!
Rima : Eh, Andini. Ada apa, nih? Tumben pagi-pagi telepon.
Andini : Dirumahku lagi sepi. Aku main ke rumahmu, ya?
Rima : Boleh saja. Tapi aku sedang bekerja bakti.
Andini : Bekerja bakti? Rajin sekali kamu, Rim!
Rima : Ya, supaya lingkungan kita bersih dan sehat, Din!
Andini : Memangmnya apa saja yang dilakukan?
Rima : Macam-macam. Membersihkan kamar mandi, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan halaman, dan membersihkan got.
Andini : Kamu ikut melakukan semua itu?
Rima : Tidak. Aku tadi ditugasi merapikan kamar dan menyapu halaman.
Andini : Pantas saja rumahmu selalu bersih. Aku juga betah lama-lama dirumahmu.
Rima : Terima kasih pujiannya. Ngomong-ngomong, kamu jadi kerumahku?
Andini : Jadi, tapi nanti sore saja. Aku juga mau membereskan kamarku agar rapi seperti kamarmu.
Rima : Nah, gitu, dong! Nanti sore aku tunggu, ya?
Andini : Oke, Rim. Terima kasih, ya. Sampai ketemu nanti sore.
7. Diskusi
Berdiskusi pada dasarnya merupakan interaksi verbal secara tatap muka yang dilakukan oleh lebih dari dua individu. Diskusi merupakan percakapan dalam bentuk lajut yang bobot pembicaraannya lebih kompleks darpada percakapan yang biasa dilakukan oleh dua orang. Berdiskusi merupakan strategi yang baik bagi pengembangan keterampilan berbahasa lisan, khususnya berbicara untuk bermusyawarah atau memcahkan masalah.
Contoh :
Guru : Pada hari senin kemarin kita mendengar berita bahwa kampung Deli terkena bencana alam. Veni, Leni, Ana, Linda, dan Yusuf berencana mengunjungi kampung Deli. Lalu apa yang akan mereka sumbangkan untuk membantu korban bencana alam tersebut?
Itulah yang harus mereka lakukan.
Silahkan kelima anak yang telah Bapak sebutkan mulai berdiskusi.
Veni : Len, aku kasihan kepada penduduk kampong Deli. Akibat banjir itu mereka menderita.
Leni : Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Ana : Bagaimana kalau kita mengadakan bakti social ke sana?
Linda : Aku setuju, Na!
Veni : Aku akan menyisihkan sebagian tabunganku.
Ana : Aku akan mengumpulkan pakaian pantas pakai. Aku piker, mereka sangat membutuhkannya?
Linda : Aku akan membeli bahan makanan untuk mereka.
Ana : Bagaimana denganmu Suf?
Yusuf : Aku setuju saja. Tapi saat ini aku tidak punya apa-apa untuk aku sumbangkan.
Leni : Tidak apa-apa, Suf. Kamu kan punya pakaian bekas. Itu saja kamu sumbangkan yang penting, kamu ikhlas.
Yusuf : Baiklah kalau begitu. Besok akan aku bawakan.
8. Main Peran
Main peran adalah simulasi (tiruan) tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
Contoh :
9. Dramatisasi
Demonstrasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
Contoh:
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’uddin, dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.jakarta. Depdikbud.
Tarigan, Djago. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta. Depdikbud PPTKPT.
Haryadi. Dkk. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Depdikbud Dirjen Dikti.
PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERBAHASA LISAN
Dosen Pembimbing : Dra. Sulistiasih, M.Pd
Mata Kuliah : Pend. Bahasa Indonesia di Kelas
Tinggi
Oleh
1. Heru Yuono 0713053032
2. Nia Fatmawati 0713053044
3. Zahrial Yudha Prawira 0713053061
S I PGSD UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
T.A 2009 / 2010
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dik
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut masih perlu untuk terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan berbahasa lisan dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan orang lain baik langsung maupun lewat media, misalnya radio, televisi, dan pita rekaman. Tujuan yang lain adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dengan demikian kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara lisan diharapkan dapat meningkat.
Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai keterampilan berbahasa lisan, yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.
B. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Tujuan dan sasaran mempelajari bab ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Memahami Hakikat Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
b. Mengetahui Proses Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
c. Mengetahui Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara Di Kelas Tingi
d. Memahami Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara di Kelas Tinggi.
e. Mengetahui dan Memahami Hubungan Menyimak dan Berbicara
f. Mengetahui dan Memahami Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Demonstrasi Kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Menyimak
1) Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respon, atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi tersebut. Dengan cara seperti ini ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi tersebut.
Tarigan Djago (1991 : 4) menyimk adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Harimurti K. 1981 dalam (Hariyadi 1996 : 19) “Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang lebih lengkap yaitu: Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
2) Proses Menyimak
Pemahaman menyimak menjadi lebih mudah apabila penyimak mengetahui konteks wacana yang disimaknya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk menafsirkan dan memahami materi yang mereka simak. Pengetahuan yang ada pada diri penyimak sangat berperan dalam proses menyimak. Penyimak yang berhasil adalah mereka yang memanfaatkan baik pengetahuan yang ditangkap dari wacana yang disimak maupun pengetahuan yang telah mereka miliki, yang berhubungan dengan dengan materi yang disimak (Numan, 1991: 18 dalam Rofi’uddin,1998: 5).
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara. Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Menurut Anderson dan Lyneh (dalam Rofi’uddin 1998 : 6) kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Susunan informasi (Teks yang berisi informasi yang disusun secara kronologi lebih mudah dipahami daripada yag tidak berkronologi).
2.Latar belakang pengetahuan penyimak mengenai topic yang disimak.
3.Kelengkapan dan kejelasan (Disajikan eksplisit informasi yang disimak).
4.Pembicara tidak banyak menggunakan kata ganti dan menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih mudah dipahami.
5.Yang dideskripsikan dalam teks yang disimak mengandung hubungan strategis atau hubungan dinamis (Yang menunjukan hubungan statis misalnya bentuk-bentuk geometric lebih sulit dipahami, daripada yang mengandung hubungan hubungan dinamis
Kegiatan menyimak perlu disesuaikan dengan kemampuan anak. Bagi anak-anak yang tergolong rendah kemampuannya dalam menyimak, setelah menyimak teks yang sama dengan yang disimak oleh anak-anak yang lain, anak-anak tersebut dapat diberi tugas membuat ringkasan informasi yang mereka simak. Anak-anak yang kemampuan menyimaknya rendah diberi tugas menyebutkan jumlah pembicaraan atau jumlah kata-kata kunci.
Alternatif yang lain, peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimak berulang-ulang wacana yang dijadikan materi pembelajaran menyimak. Mereka diberi daftar kata-kata kunci dan diminta menyebutkan berapa kali mereka mendengar kata-kata tersebut. Kemudian diberi tugas yang lebih sulit misalnya diberi sejumlah frasa dan diminta yang terakhir, mereka dapat diminta untuk menunjukkan jumlah yang mereka dengar.
3)Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara.
Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis. Menurut Baradja (PGSD 4405/Modul 6 : 6.25) sistematisasi pertanyaan-pertanyaan untuk materi pembelajaran menyimak dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut.
MENGINGAT FAKTA
Mengingat nama orang, nama tempat, urutan kejadian dan hal-hal lain yang secara eksplisit disebutkan dalam teks lisan MEMAHAMI KOSAKATA BARU
Memahami arti kata, ungkapan, dan sebagainya dalam hubungan kalimat MENARIK KESIMPULAN
Mengidentifikasi isi persoalan, meramalkan kejadian selanjutnya, membuat interpretasi efektif, dan sebagainya
Ya – tidak/alternatif 1 2 3
Dengan kata tanya 4 5 6
Pada tabel di atas tampak ada dua jenis pertanyaan dan 3 jenis perilaku siswa yang kita pancing. Secara keseluruhan, ada 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan 1 – 3 merupakan jenis pertanyaan ya – tidak/alternatif dan pertanyaan 4 – 6 jenis pertanyaan yang menggunakan kata tanya, misalnya apa, mengapa, bagaimana, dan lain sebagainya. Pertanyaan 1 – 3 termasuk pertanyaan yang relatif mudah (diberikan di kelas rendah), sedangkan macam pertanyaan 4 – 6, termasuk golongan pertanyaan yang sukar (diberikan di kelas tinggi). Gradasi kesukaran sudah diurutkan, makin besar nomor pertanyaan makin sukar atau makin kecil nomor pertanyaan makin mudah.
4)Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Agar proses pembelajaran menyimak memperoleh hasil yang baik. Strategi pembelajaran guru harus memenuhi kriteria berikut:
a.Relevan dengan tujuan pembelajaran
b.Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
c.Mengembangkan kreativitas siswa secara individual maupun secara kelompok
d.Memudahkan siswa memahami pelajaran
e.Mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan yang telah ditetapkan
f.Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit
g.Menciptakan suasana belajar mengajar yang yang menyenangkan
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Guru dapat memberikan cerita yang tidak terlalu panjang dikelas. Namun, sebelum membaca, guru harus mendiskusikan etiket atau sopan santun dalam menyimak dan perbedaan antara kritik yang kontruktif atau negatif. Diskusi tersebut hendaknya menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina kesetiakawanan.
Guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai cerita atau artikel tersebut yang patut dipuji atau perlu diperbaiki. Guru sebaiknya mendaftar segi-segi positif dan negative tersebut di papan tulis atau dengan menggunakan OHP, sehingga setiap anak dapat melihat dan mendengar hal-hal penting yang sedang didiskusikan. Pada saat inilah guru dapat menekankan kepada murid-murid untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang sopan dan pada saat inilah guru memberikan dorongan kepada anak untuk memperbaiki pertanyaannya agar menjadi jelas dan menggunakan bahasa yang baku. Apabila tidak ada anak yang memberikan komentar terhadap cerita atau artikel yang telah dibacakan, guru mungkin dapat menyarankan agar mereka berperan seolah-olah menjadi pengarang cerita atau artikel tersebut. Komentar apa yang mereka inginkan dari pembaca seandainya mereka menjadi pengarang cerita atau artikel yang telah dibacakan oleh guru Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : ...).
Mengembangkan Pembelajaran Menyimak di SD
Beberapa teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD sebagai berikut:
1. Simak – Ulang Ucap.
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
2.Simak – Tulis (Dikte)
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.
3. Simak – Kerjaan
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.
4. Simak – Terka
Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
5. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain ayang sesuai yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih luas.
6. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
7. Membuat Rangkuman
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.
8. Permainan Untuk meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai).
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
9. Mendengarkan Cerita Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok.
Alat yang digunakan : Kaset cerita dan tape recorder.
Cara pelaksanaan : (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
10. Mendengarkan Berantai Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.
Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan.
Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota per kelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya, (8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
5) Guru Sebagai Penyimak
Perlu kita yakini kebenaran pernyataan: siapa yang tidak mau menyimak dengan baik tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Oleh karena itu guru seharusnya menyimak pertanyaan murid dengan baik. Apabila guru merasa sudah tahu apa yang ditanyakan, kemudian guru memberikan jawaban yang tidak tetap, secara tidak disadari guru-guru tersebut telah membentuk kebiasaan menyimak yang tidak baik bagi murid-murid.
Dalam kelas yang efektif, guru memberikan penekanan pada keterampilan menyimak seperti halnya pada keterampilan membaca dan menulis. Menyimak merupakan sarana yang utama untuk belajar, oleh karena itu kebiasaan menyimak perlu dikembangkan. Cara yang terbaik untuk mengembangkan murid-murid sebagai penyimak yang efektif. Tunggulah sampai suatu pertanyaan dikemukakan secara lengkap sebelum menjawab pertanyaan murid. Demikian juga murid-murid dibiasakan melakukan hal yang serupa. Apabila perlu dikemukakan kembali pertanyaan yang harus anda jawab atau yang harus dijawab oleh orang lain. Berikan dorongan untuk saling bertukar pendapat. Ingatkan murid-murid bahwa menjadi penyimak yang baik sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang efektif Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : 9-10).
Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi. Pertama, guru harus memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicaraan yang efektif, dan menggunakan strategi yang efektif. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi
6) Partisipasi Kelompok
Dalam kelas yang berdasarkan pendekatan pembelajaran bahasa secara holistik, peserta didik lebih banyak bekerja dalam kelompok. Kelompok dapat diarahkan untuk mencapaia tujuan pembelajaran khusus secara langsung, dan dapat menolong anaka-anaka meningkatkan keterampilan tertentu. Kerja kelompok dapat menolong murid-murid mengembangkan sikap sosial yang positif, memberikan penguatan keterampilan berbahasa yang spesifik dan membantu guru menyelenggarakan pembelajaran sebaik mungkin.
Keuntungan dari kelompok tersebut terletak pada bantuan dari teman dan terjadiny kegiatan belajar. Keberhasilan kelompok biasanya merupakan pencerminan perencanaan dan upaya-upaya persiapan guru.
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada anggota-anggotanya. Sebaiknya guru mulai dengan memberikan tugas yang jelas berupa keterampilan tertentu yang perlu ditingkatkan dalam suatu kelompok, kemudian baru memiliki anggota kelompok.
F. Berbicara
1) Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan Tarigan dalam (Haryadi 1996 :54). Berbicara sering di anggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, dan linguistik secara luas. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara . Jadi tingkat kemampuan berbicara seseorang tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor psikologis saja, tetapi dengan mengukur semua faktor tersebut secara menyeluruh.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didngar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
2) Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Dalam proses belajara berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal. Mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
Ellis (dalam Roffi’uddin, 1998: 12) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara :
a. Menirukan pembicaraan orang lain.
b. Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
c. Mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu benyuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik (Tompkinss dan Hoskisson dalam Rofi’uddin, 1998: 12)
a. Percakapan
Siswa mempelajari strategi dan keterampilan untuk melakukan sosialisasi dan percvakapan dengan teman-temannya sekelas ketika berpartisipasi dalam kelompok kecil. Mereka belajar tentang peran pembicaraan dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan.
1) Memulai percakapan
Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara sukarela untuk membuka pembicaraan. Guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemidian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
2) Menjaga berlangsungnya percakapan
Siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan. Lewat percakapan, siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru.
3) Mengakhiri percakapan
Pada akhir percakapan, siswa seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau melaksanakan tugas dengan baik. Murid menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan cataatan hasil percakapan.
b. Berbicara Estetik
1) Memilih cerita
Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya : (a) cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas; (b) memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas; (c) tema cerita jelas; (d) jumlah pelaku cerita tidak banyak; (e) cerita mengandung dialog; (f) cerita menggunakan gaya bahasa perulangan; (g) cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan.
2) Menyiapkan diri untuk bercerita
Siswa hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan secraa urut.
3) Menambahkan barang-barang yang diperlukan
Siswa dapat menggunakan beberapa teknik untuk membuat cferitanya lebih hidup. Siswa dapat menggunakan gambar-gambar yang ditempelkan di papan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang diceritakan agar cerita lebih menarik.
4) Bercerita atau mendongeng
Kegiatan mendongeng dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien.
c. Berbicara untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain buku, majalah, surat kabar, ensiklopedia, almanak, dan atlas. Dalam menyajikan informasi, siswa sebaiknya tidak membawa catatan.
d. Kegiatan Dramatik
Bermain drama merupakan media bagi siswa untuk menggunakan bahasa verbal dab nonverbal dalam konteks yang bermakna. Kegiatan drama memiliki kekuatan sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa karena melibarkan siswa dalam kegiatan berpikir logis dan kreati, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa.
3) Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara, guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
4) Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai berikut.
a. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian informasi adalah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar. Empat langkah dalam menyiapkan dan menyajikan pidato yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak yang belajar berpidato adalah sebagai berikut (Ross and Roe, dalam Rofi’uddin 1998: 21)
1) Merencanakan pidato
Tentukan tujuan berpidato, untuk menginformasikan, menghibur, atau mendorong suatu tindakan. Pilih topik yang menarik, tidak terlalu sulit, dan dapat diceritan secara ringkas.
2) Menyusun Pidato
Tentukan urutan untuk menyajikan hal-hal yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan rencanakan penggunaan media visual apabila meyakinkan.
3) Mempraktikkan
Praktikkan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan kelas sebagai latihan.
b. Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses pembelajaran (Alvermann, dkk, dalam Rofi’uddin 1998 : 23)
c. Menghibur (Menyajikan Pertanyaan)
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
d. Sandiwara Boneka
Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
e. Bercerita atau Membaca Puisi secara Kor
Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahmi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan.
f. Cerita Berangkai Tujuan
Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah buku catatan.
Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas, (5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
g. Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya
Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa mengambil benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, (4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, (50 siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari
Mengembangkan pembelajaran Berbicara di SD
Untuk sampai pada taraf terampil, maka pengajaran berbicara harus dipelajari dan dilatihkan. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasa tertentu.
Metode pengajaran berbicara menurut Djago Tarigan (1990)
1. Ulang-ucap. Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti.
2. Lihat-ucapan. Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan benda tersebut.
3. Memerikan. Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata sendiri.
4. Menjawab pertanyaan
5. Bertanya
6. Pertanyaan menggali
7. Melanjutkan
8. Menceritakan kembali
9. Percakapan
10. Parafrase
11. Reka cerita gambar
12. Bermain peran
13. Wawancara
14. Memperlihatkan dan bercerita (Show and Tell)
G. Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, kalusa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari sesorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi kedfuanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedfua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi.
H. Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasrannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut ini.
1) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan sisiwa.
2) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4) Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2) Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
3) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
4) Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok.
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
1. Bermain Tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskrepsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
Contoh 1
Guru : Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama, nanti kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung jawab, kalian mengerti?”
Siswa : Mengerti, Bu Guru!
Guru : Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat diperlukan untuk lalu lintas. Banyak tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai jenis mobil lewat di punggungku. Aku dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan terka, siapa aku!
Siswa : Jalan raya!
Contoh 2
Guru :Anak-anak Bapak punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru akan melukiskan suatu benda. Siapa yang mengetahui benda yang Pak Guru maksudkan, segera acungkan tangan!”
Siswa : Siap, Pak Guru!”
Guru : Bagus! Dengarkan, disana ada sebuah tempat berair. Bentuknya memanjang dan berliku-liku. Air dari sana diperlukan oleh petani. Didalamnya kadang-kadang banyak ikan. Silakan terka, apa nama tempat itu!
Siswa : Sungai!
2. Menjawab Pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu diajukan guru, yaitu (1) siapa yang berbicara, (2) apa yang dibicarakan, (3) mengapa hal itu dibicarakan, (4) dimana hal itu dibicarakan, (5) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai yang dapat berupa dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
Contoh :
Guru : Pak Guru akan membacakan sebuah cerita singkat. Dengarkan baik-baik karena setelah itu ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab! Sekali lagi, dengarkan!
Siswa : Siap, Pak Guru!
Inilah teks yang dibacakan guru.
Rombongan SD Sukatani tiba berangsur-angsur di Candi Borobudur. Bus pertama tiba pukul 10.20. Lima menit kemudian menyusul bis kedua dan ketiga secara bersama-sama sedangkan bus keempat tiba 10 menit kemudian.
“Pak, apakah semua bus telah sampai? “kata Bu Euis.
“ Sudah Bu, semua bus telah sampai dengan selamat,” jawab Pak Ujang.
“Syukur kalau begitu,” kata Bu Euis.
Guru :Dari cerita yang kalian dengarkan, sekarang coba jawab pertanyaan dari Pak Guru!
Siswa : Iya, Pak!
Guru : Siapa yang bercakap-cakap dalam cerita yang telah Bapak bacakan?
Ari : Saya Pak, yang bercakap-cakap tadi Bu Euis dengan Pak Ujang!
Guru : Ya benar, tepat sekali jawabanmu, Ari!” Nah pertanyaan selanjutnya, Apa yang Pak Ujang dan Bu Euis bicarakan? Untuk pertanyaan ini silahkan dijawab oleh Rini!
Rini : Mereka membicarakan soal apakah semua bis telah sampai atau tidak.
Guru : Ya benar Rini, Pak Ujangdan Bu Euis mengecek semua bus yang telah sampai. Selanjutnya, giliranmu Diki! Mengapa Pak Ujang dan Bu Euis membicarakan hal itu?
Diki : Agar tahu sudah sampai apa belum semua bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur Pak!”
Guru : Tepat sekali jawabanmu, Diki. Nah sekarang, Ani! Dimana hal itu dibicarakan?
Ani : Di Candi Borobudur, Pak!
Guru : Tepat sekali. Ok, sekarang pertanyaan terakhir, untuk Rino! Berapa jumlah Bus yang ikut bertamasya ke Candi Borobudur?
Rino : 4 bus, Pak!
Guru : Bagus sekali. Pertanyaan dari Bapak telah kalian jawab dengar benar. Kalian memang murid-murid yang pandai.
3. Menyelesaikan Cerita
Guru atau seorang siswa mulai bercerita. Siswa atau siswa yang lain menyimak cerita yang dilisankan. Cerita yang belum selesai dilisankan guru atau seorang siswa itu dilanjutkan oleh siswa atau pencerita kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai cerita itu tamat. Cara mengajarkan bercerita seperti ini memaksa siswa harus menyimak jalan cerita yang ditampilkan, sebab pada giliran berikutnya setiap siswa mungkin ditujuk guru untuk melanjutkan cerita tersebut. Cara ini dapat pula dilaksanakan dengan jalan menyuruh siswa merngkum secara bergantian sebuah cerita atau dongeng yang diperdengarkan terlebih dulu oleh guru.
Contoh :
Guru : Temanmu yang Ibu tunjuk nanti akan bercerita. Simak baik-baik isi ceritanya sebab pada saatnya nanti Ibu akan menunjuk seorang dari kamu untuk melanjutkan cerita temanmu itu. Jelas apa yang akan kamu lakukan nanti?
Siswa : Jelas, Pak.
Guru : Baik. Andri, Silahkan mulai bercerita.
Andri : Baik, Bu. Ceritanya tentang Gajah yang Ingin Kurus. Siang itu, Gaga, si gajah bertubuh besar, termenung sendirian di depan seonggok rumput. Akan tetapi, kali ini, ia terpaksa membiarkan rumput-rumput itu. Gaga mendongak ketika Merpati hinggap di pohon jati yang mulai kering. “Mengapa kau tidak mau makan rumput, Ga? Apa kamu tak lapar?” Tanya Merpati.
Gaga sebenarnya mendengar pertanyaan Merpati. Akan tetapi, ia menutup mata dan berusaha tidur. Merpati itu terbang dan hinggap di telinganya yang lebar. “Gaga, mengapa kamu tak makan? Teriaknya keras-keras.
Gaga terkejut. Ia tak menyangka Merpati akan seberani itu. Semua hewan di hutan mengenal Gaga sebagai hewan yang paling kuat. Bahkan, Singa saja takut padanya.
Guru : Baik, Andri. Sekarang giliran Lia melanjutkan cerita itu.
Lia : Gaga kemudian berdiri dan mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar.
“Aku ingin kurus. Aku tak ingin punya badan sebesar ini. Oleh sebab itulah, aku tak ingin makan rumput. Aku akan puasa,” kata Gaga.
Merpati mengangguk-ngangguk. Sebenarnya, ia merasa kasihan pada Gaga.
“Mengapa kamu tak ingin memiliki tubuh yang besar? Bukankah dengan tubuh besar itu kamu menjadi kuat? tanya Merpati.
“Kata Kucing, jika tubuhku terlalu besar, aku tak akan dapat lari secepat kijang. Jika ada bahaya, aku tak akan menyelamatkan diri.” Gaga kemudian berlari-lari di hutan agar badannya cepat kurus.
Guru : Bagus sekali. Ayo, Rahma lanjutkan!
Rahma : Tubuhmu memerlukan gizi yang cukup. Jadi, kau harus tetap makan. Jika tidak makan, kamu akan lemas dan tidak kuat berjalan lagi,” kata Sapi.
Semua hewan sudah menasehatiGaga agar mau makan seperti semula. Akan tetapi, Gaga tidak mau mendengarkan nasehat mereka.
Lama-kelamaan, Gaga terbaring lemas. Ia tak kuat lagi mengangkat badannya untuk berdiri. Akhirnya, Gaga menyerah. Ia merangkak keluar untuk mencari rumput. “Aku harus mencari makanan! Katanya lemas.
Gaga segera menyantap rumput. Ia sudah jera. Sekarang ia tak takut bertubuh besar. Ia juga tak takut tidak dapat berlari secepat kijang. Pokoknya, ia ingin kuat dan sehat. Semua hewan di hutan, gembira melihat Gaga mau makan lagi.
Guru : Bagus, bagus! Memang hebat sekali anak-anak ibu!
4. Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan untuk berperilaku menarik.
Contoh :
Guru : Selamat pagi, Anak-anak
Siswa : Selamat pagi, Bu Guru
Guru : Sesuai dengan janji Ibu tiga hari yang lalu, pada hari ini ibu akan menunjuk salah satu dari kalian untuk bercerita hari ini. Kalian sudah siap?
Siswa : Siap, Bu!
Guru : Bagus, nah sekarang Ibu akan menunjuk Dimas! Nah Dimas silahkan bacakan cerita yang telah kamu siapkan. Sementara yang lain dengarkan dengan seksama cerita Dimas!”
Cerita Dimas sebagai berikut.
Kancil dan Kera
Seekor Kera asik makan pisang. Satu persatu buah pisang masak di tandan itu di petiknya. Dikupas dengan hati-hati lalu dimakannya. Kancil ingin juga menikmati pisang itu. Bagaimana cara mengambilnya? Memintanya? Ah, pasti tidak diberi. Kancil tahu benar kera itu sangat kikir. Kancil menemukan akal, dilemparinya kera itu dengan tanah. Kancil terus melempari Kera. Ia berusaha membuat Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi marah. Ia balik melempari Kancil. Satu-persatu buah pisang dijadikannya peluru. Kancil jadi sasaran peluru pisang. Kancil pura-pura kesakitan, ia melompat-lompat menggerakan peluru. Kadang-kadang ia jatuh, sekali-kali iapun mengaduh kesakitan. Kera puas. Ia pergi mencari pisang lain, ditinggalkannya kancil yang sedang mengerang-erang kesakitan. Akal bulus sang Kancil berhasil. Kera meninggalkan buah pisang itu. Kancil tinggal mengumpulkan pisang itu, lalu dimakannya dengan santai.
Siswa : menyimak dengan seksama
Guru : Anak-anak setelah kalian mendengarkan cerita dari teman kalian Dimas, sekarang coba kalian jawab pertanyaan dari Ibu. Siapa saja pelaku dari cerita tadi?
Ira : Kancil dan kera
Guru : Benar, Bagaimana sifat si Kancil?
Wiwi : Kancil sifatnya pintar, lihai, licik.
Guru : Bagus Wiwi, nah sebaliknya bagaimana sifat si Kera?
Rita : Sifatnya kikir dan mudah dibodohi.
Guru : Bagus, kalian memang murid-murid yang pintar.
5. Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petujuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih memberi petujuk secara lisan akan lebih terampil berbicara. Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berlatih memberikan petujuk.
Contoh :
Guru : Selamat pagi, anak-anak?
Siswa : Selamat pagi, Bu?
Guru : Sekarang kita akan belajar memberikan petunjuk tentang sesuatu yang dapat menjelaskan suatu hal yang ingin orang ketahui.
Missal : tentang jalan, cara membuat sesuatu/bisa saja tentang denah alamat kalian.
Siswa : Siap, Bu!
Guru :Tebu yang berumur 18-20 bulan dipotong, lalu daunnya dibuang dan dibersihkan. Setelah diikat dengan rapih kemudian diangkut ke pabrik.
Siswa : Terus bagaimana proses di pabrik itu, Bu?
Guru : Di pabrik, tebu-tebu itu di masukkan ke dalam mesin penggilingan. Dari penggilingan itu akan diperoleh air tebu/air gula. Selanjutnya air tebu di tampung di dalam ketel besar.
Siswa : Wah, sulit juga ya prosesnya. Terus, apa proses selanjutnya, Bu?
Guru : Air tebu dalam ketel tersebut di uapkan akhirnya yang tersisa hanya gula.
Siswa : Nah sekarang tebu itu sudah menjadi gula.
Guru : Belum selesai, anak-anak. Masih ada satu proses lagi.
Siswa : Proses apalagi, Bu?
Guru : Nah, proses terakhir adalah menaburkan obat kimia. Tujuannya untuk membentuk kristal-kristal.
Siswa : Wah, tenyata sulit juga ya.
Guru : Sekarang, kalian sudah paham dan mengertikan penjelasan dari Ibu?
Siswa : Iya, Bu!
6. Bertelepon
Berbicara antara dua pribadi yang berjauhan dapat dilakukan dengan bertelepon. Ciri khas bertelepon adalah berbicara jelas, singkat dan lugas. Strategi bertelepon dapat digunakan sebagai strategi pengajaran berbahasa lisan
Contoh :
Guru : Mari kita main telepon-teleponan. Giliran yang bertugas menelepon adalah Andini dan Rima sebagai teman Andini menerima telepon dari Andini.
Ceritanya hari ini hari minggu. Ayah dan Ibu mengajak Rima bekerja bakti. Mereka akan membersihkan lingkungan rumah bersama-sama.
Rima sedang bekerja ketika mendapat telepon dari Andini.
Andini : Halo, selamat pagi!
Rima : Ya, halo. Selamat pagi!
Rima : Eh, Andini. Ada apa, nih? Tumben pagi-pagi telepon.
Andini : Dirumahku lagi sepi. Aku main ke rumahmu, ya?
Rima : Boleh saja. Tapi aku sedang bekerja bakti.
Andini : Bekerja bakti? Rajin sekali kamu, Rim!
Rima : Ya, supaya lingkungan kita bersih dan sehat, Din!
Andini : Memangmnya apa saja yang dilakukan?
Rima : Macam-macam. Membersihkan kamar mandi, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan halaman, dan membersihkan got.
Andini : Kamu ikut melakukan semua itu?
Rima : Tidak. Aku tadi ditugasi merapikan kamar dan menyapu halaman.
Andini : Pantas saja rumahmu selalu bersih. Aku juga betah lama-lama dirumahmu.
Rima : Terima kasih pujiannya. Ngomong-ngomong, kamu jadi kerumahku?
Andini : Jadi, tapi nanti sore saja. Aku juga mau membereskan kamarku agar rapi seperti kamarmu.
Rima : Nah, gitu, dong! Nanti sore aku tunggu, ya?
Andini : Oke, Rim. Terima kasih, ya. Sampai ketemu nanti sore.
7. Diskusi
Berdiskusi pada dasarnya merupakan interaksi verbal secara tatap muka yang dilakukan oleh lebih dari dua individu. Diskusi merupakan percakapan dalam bentuk lajut yang bobot pembicaraannya lebih kompleks darpada percakapan yang biasa dilakukan oleh dua orang. Berdiskusi merupakan strategi yang baik bagi pengembangan keterampilan berbahasa lisan, khususnya berbicara untuk bermusyawarah atau memcahkan masalah.
Contoh :
Guru : Pada hari senin kemarin kita mendengar berita bahwa kampung Deli terkena bencana alam. Veni, Leni, Ana, Linda, dan Yusuf berencana mengunjungi kampung Deli. Lalu apa yang akan mereka sumbangkan untuk membantu korban bencana alam tersebut?
Itulah yang harus mereka lakukan.
Silahkan kelima anak yang telah Bapak sebutkan mulai berdiskusi.
Veni : Len, aku kasihan kepada penduduk kampong Deli. Akibat banjir itu mereka menderita.
Leni : Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Ana : Bagaimana kalau kita mengadakan bakti social ke sana?
Linda : Aku setuju, Na!
Veni : Aku akan menyisihkan sebagian tabunganku.
Ana : Aku akan mengumpulkan pakaian pantas pakai. Aku piker, mereka sangat membutuhkannya?
Linda : Aku akan membeli bahan makanan untuk mereka.
Ana : Bagaimana denganmu Suf?
Yusuf : Aku setuju saja. Tapi saat ini aku tidak punya apa-apa untuk aku sumbangkan.
Leni : Tidak apa-apa, Suf. Kamu kan punya pakaian bekas. Itu saja kamu sumbangkan yang penting, kamu ikhlas.
Yusuf : Baiklah kalau begitu. Besok akan aku bawakan.
8. Main Peran
Main peran adalah simulasi (tiruan) tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
Contoh :
9. Dramatisasi
Demonstrasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
Contoh:
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’uddin, dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.jakarta. Depdikbud.
Tarigan, Djago. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta. Depdikbud PPTKPT.
Haryadi. Dkk. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Depdikbud Dirjen Dikti.
Posting Komentar untuk "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DI KELAS TINGGI"